Kairo—Kamis, 30 Januari 2025, BIMA MESIR menggelar acara dengan tajuk “Kongko BIMA MESIR Bersama Duta Besar Indonesia untuk Tunisia KH. Zuhairi Misrawi.” Bertempat di Aula KEMASS, acara ini dihadiri oleh anggota BIMA MESIR yang begitu antusias untuk bertemu Gus Dubes Zuhairi Misrawi. Gus Dubes adalah sahabat karib dari pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, KH. Imam Jazuli, Lc., MA.
Tujuan awal Gus Dubes ke Mesir hanya sekadar menyambangi pameran buku, Cairo International Book Fair (CIBF) 2025. Lalu, beliau menawarkan diri untuk bertemu dan berbincang langsung dengan santri BIMA yang sedang mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar. Tentunya ini adalah suatu kehormatan bagi santri BIMA untuk memanfaatkan penawaran tersebut sebagaimana mestinya, sebelum Gus Dubes akan bertolak ke Italia pada esok hari.

Meski bertajuk Kongko, Gus Dubes memberi banyak wejangan yang penuh makna dan bisa dipakai untuk acuan para audiens dalam meniti perjalanannya selama di Kairo. Mulai dari menceritakan kisah juangnya bersama KH. Imam Jazuli, Lc., MA. dan 3 orang sahabat lainnya selama di Kairo, cerita dari pengalaman Gus Dubes tak satupun luput dari pesan yang tersirat di dalamnya. “Kami berlima tidak pernah ruwet maunya, kami cuma punya keinginan bahwa di masa depan, kami berlima harus sukses.” Ujar Gus Dubes dengan mantap.
Ujaran tersebut membuat sinergi tersendiri kepada para audiens yang kala itu merasa tertarik terhadap apa saja lika-liku yang dilalui oleh Gus Dubes dan Kyai pondoknya. “Tiap hari, saya dan kyaimu selalu diskusi. Baca buku, sampai jam satu malam. 600 buku habis kami baca selama 4 tahun.” Tambah beliau sampai membuat para audiens tertegun takjub. Gus Dubes dan para sahabatnya tidak pernah mau main-main selama di Kairo, mereka menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk terus belajar. Beliau berkata bahwa 80% belajar, 20% main dan jalan-jalan, tidak ada hari libur, kecuali Jumat dan Sabtu. Begitulah penggambaran dari beliau semasa hidup di Kairo bersama Kh. Imam Jazuli, Lc., MA.
Perkataan tersebut berhasil memantik kembali semangat para audiens untuk terus merajut mimpi secara bertahap. Meski banyak kegagalan, diremehkan, dan ujian lainnya, beliau hanya bilang supaya rutin membaca buku. Melalui aktivitas tersebut, penyakit mental yang dialami oleh jamak orang saat ini bisa dihilangkan dengan rutinitas membaca. “Memang awalnya sulit, tapi lama-kelamaan pasti akan kehausan (makna: membuat candu).” Beliau memang sudah paham betul problematika Gen Z dan bagaimana solusinya. Sebagai tokoh besar dalam dunia politik dan literasi, kisah juang yang Gus Dubes paparkan patut menjadi contoh sekaligus pukulan keras agar para audiens berjuang secara totalitas dan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Beliau berkata, “teruslah berjuang, sampai tidak ada parfum yang wangi selain namamu sendiri.”
Sebelum menutup pembicaraan, Gus Dubes menyisihkan sesinya untuk beberapa pertanyaan tentang hal apapun kepada beberapa audiens. Tercatat, ada 4 anggota yang menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh Gus Dubes. Jawaban yang diberikan oleh beliau begitu lugas dan bisa memuaskan hati keempat orang audiens tersebut, sangat tepat jika Gus Dubes adalah orang yang sangat bersemangat untuk membangun peradaban. Semua rintangan dalam hidupnya sudah ia taklukan, tinggal bagaimana para audiens yang ditinggali berbagai pesan dan motivasi dari Gus Dubes menjadikannya sebuah inspirasi untuk mewujudkan mimpi-mimpinya yang besar.